Mengurus visa

Pagi ini saya berangkat ke Jakarta naik kereta Argo Gede (terpaksa, karena terlambat)
Tujuan adalah mengurus visa, harapannya sih hari ini bisa masuk dan diterima oleh pihak kedubes.
Ternyata setelah sampai, masuk ke bagian visa, melihat orang lain sedang sibuk mengurus berkas fotokopi,
saya baru ingat bahwa berkas-berkas belum difotokopi.
Terpaksa harus keluar lagi, mencari tempat fotokopi.
Susah juga ya mencari tempat fotokopi di daerah Thamrin, sebuah kawasan elit d Jakarta.
Saya terpaksa mengayuh kaki hingga sekitar 2 kilometer (lebih?).
Panas, pakai jaket lagi (siapa suruh?)

Begitu mengeluarkan berkas, baru sadar bahwa surat tugas tidak terbawa.
Sempat gundah juga apakah kembali lagi ke kedubes atau langsung ke LAPAN untuk mengambil tiket.
Akhirnya, dengan ketidakpastian, saya berjalan lagi 2 km ke Kedubes Jepang.

Ternyata di pintu masuk kali ini saya diberi tahu bahwa batas paling akhir pemasukan berkas visa itu
adalah tanggal 26 Desember. Waduh, kok tadi tidak diberitahu ya. Kalau tahu kan saya tidak perlu
mengkopi berkas yang diperlukan.

Akhirnya dengan merendahkan diri saya (dan dengan wajah dibuat sememelas mungkin),
saya berkata kepada petugas bahwa ini adalah kali pertama saya mengurus visa.
Hehehe.. luluh juga si petugas itu. Awalnya memang kelihatan sangar, dengan muka dibuat se-jaim mungkin.
Hatinya baik juga lho. Dengan penuh inisiatif ia mengeluarkan dan memberikan kepada saya berkas-berkas
yang diperlukan. Begitu juga ketika ditanya tipe visa apa yang saya butuhkan, ia menjawab dengan sepenuh hati.
Maksudnya tidak hanya sekedar menjawab tanpa berpikir alias asbun.

Setelah sekian menit di depan pintu masuk, saya diperbolehkan juga untuk masuk ke dalam ruang pengursan visa.
Di dalam, saya mengambil tiket antrian, seperti yang ada di bank-bank. Target sih cuma satu, yaitu tipe visa yang harus saya urus.

Akhirnya giliran itu pun tiba.
(Padahal cuma antri 5 menit).
“Nomor 27… nomor 27”
“Mohon nomor antriannya Pak”
“Ya, ini”. Saya memperlihatkan bukti tanda antrian.
“Mohon nomornya diserahkan Pak, untuk saya”
(“Waduh, saya pikir cuma diperlihatkan saja, ternyata diambil pula”, ujarku dalam hati)
“Ya, ini Mbak”

“Ada keperluan apa Pak”
“Mengurus visa Mbak”
“Batas waktunya sudah lewat Pak, silakan kembali lagi tanggal 4 Januari nanti”
“Mmmmhh… saya cuma mau bertanya Mbak, saya menerima undangan dari JAXA untuk ikut pelatihan”
Saya menyerahkan kopi undangan dari JAXA.
“Saya ingin menanyakan apakah tipe visa saya itu visa kunjungan bisnis atau visa khusus”
“Bapak harus tahu sendiri jenis visanya apa”, sambil menyerakan kopi undangan yang sama sekali tidak dibacanya.
(Ah.. si Mbak ini nggak care amat sih, mbok ya dibaca dulu gitu, lalu beri saya saran masuk ke tipe visa apa)
“Begini Mbak saya diundang oleh NASA-nya Jepang”
“Bukan begitu Pak, Bapak ke sana untuk apa?”
(Ehhh… kumaha si Mbak ieu teh)
“Saya mau ikut pelatihan yang diadakan oleh JAXA”
“Bentuknya seperti apa? Apakah dapat gaji?”
“Oooh.. nggak Mbak, di sana saya ikut seminar”
“Kalau begitu tipe visa Bapak kunjungan bisnis”
“Terima kasih Mbak”

Kacau ini urusan $%&#*#$&.

3 responses to “Mengurus visa

  1. gunawansapta_adjie@yahoo.co.uk

    Buat Yang Mau Konsultasi dan Sharing Masalah Visa, Kenegara Manapun.. Silahkan kirim email.

    Suka

  2. Mas, please infountuk pengurusan visa kunjungan bisnis ke france, katanya untuk negara eropa ada yng nama visa schengen

    Suka

  3. pegawai2 di kita maah emang dodoll …!!!

    Suka

Tinggalkan komentar