Budak Hape

Hape alias telepon genggam saat ini telah merubah kecepatan informasi. Dulu, waktu jaman Majapahit seperti yang kita tonton di sinetron, untuk menyampaikan kabar kepada orang lain diperlukan kurir. Otomatis waktu sampainya informasi akan sangat tergantung pada kecepatan moda yang digunakannya. Bisa hanya (sekali lagi, hanya) beberapa jam atau hingga berminggu-minggu. Kini, dengan hape kabar itu bisa melesat hingga dalam hitungan detik saja. Hanya saja, hape yang awalnya dibuat sebagai alat bantu alias budak bagi manusia sekarang malah berevolusi menjadi seorang tuan, seorang raja. Siapa budaknya?

Ya, kita-kita ini, kalau…

• Kita asyik ber-SMS kala rapat atau seminar
• Kita membalas SMS atau telepon saat sedang mengajar (bagi mereka yang berprofesi sebagai guru atau dosen)
• Bertelepon ria dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan sibuk mengatur setir mobil
• Masih sempat menulis SMS ketika mengendarai sepeda motor

Apa sih susahnya mengabaikan pesan atau panggilan yang masuk di saat-saat penting tadi? Dulu, waktu berhari-hari menunggu kabar balik dari orang yang kita cintai adalah saat-saat yang begitu indah, mendebarkan. Kini, menunggu barang sekian menit atau jam saja kok tidak bisa ya? Hape yang fungsi awalnya adalah untuk mempermudah, memperlancar komunikasi, malah menjadi alat yang menjerat kita. Menjadikan kita sebagai budaknya.