Cuma satu alasan

Kata orang, mereka yang katanya pintar, bangsa Indonesia sudah sepuluh tahun terakhir ini mengalami krisis multidimensi. Krisis di segala bidang. Begitu katanya. Menurut yang katanya cerdas juga, solusi untuk mengatasi permasalahan bangsa Indonesia itu rumit. Ada yang bilang pondasi ekonomi Indonesia harus dibenahi lagi.  Yang lain mengatakan, pemerintahnya harus diganti. Begitu banyak diskusi, wacana yang dialirkan, jumlahnya mungkin sudah ribuan, dengan topik yang sama, “bagaimana Indonesia bisa bangkit”. Hasilnya? Nol besar. Mungkin tidak sebesar itu kali ya nol nya. Bagi saya, cuma satu alasan mengapa Indonesia bisa terpuruk dan (hampir) mustahil bisa bangkit. Cuma satu?

Ya, cuma satu. Tidak ada niat baik. Itu saja alasannya. Masalahnya, yang tidak memiliki niat baik itu, hampir semua pihak. Mulai dari rakyat jelata hingga super konglomerat, dari kaum awam hingga cerdik-cendekia. Ah, pasti tidak semua orang Indonesia kayak gitu. Memang, banyak juga yang punya niat baik. Tapi apalah daya jika mereka tidak punya akses ke penguasa. Tak akan berarti jika suara mereka tak pernah terdengar. Sia-sia saja.  Mau contoh?

Nol: Pernahkah kita menghitung sudah berapa kali demo mahasiswa? Demo macam-macam?  Umpatan, cacian, makian kepada penguasa adalah hal biasa. Alasannya, demokrasi dan kebebasan berpendapat. Bagi saya, memaki penguasa itu tidak punya etika, tidak punya sopan santun. Kalau punya niat baik ya datang dengan sopan, ketuk pintunya, bicaralah empat mata. Kalau mereka tidak mau mendengar, ya biarkan saja.

Satu: saya pernah satu mobil dengan seorang caleg. Apa alasan atau motivasinya menjadi wakil rakyat? Uang. Bukan ingin korupsi atau mengeruk kekayaan negara sebesar-besarnya memang. Ia hanya ingin mendapatkan gaji yang jumlahnya luar biasa, menurut ukuran mereka yang mengais sisa makanan di tempat sampah.  Sang caleg tidak ambil peduli dengan apa itu keinginan rakyat dan sebagainya. Yang dia tahu, pokoknya terima gaji, tunjangan dan bisa wisata ke  luar daerah atau luar negeri.

Dua:  ketika sekolah dulu, apa yang diajarkan oleh guru-guru kita? Jangan mencontek, karena mencontek itu tidak baik. Apakah mereka tidak mencontek? Salah besar saudara-saudara. Ada satu sekolah yang akan diakreditasi. Ketika ujian Bahasa Inggris, guru-guru itu, yang seharusnya digugu dan ditiru, mencontek berjamaah. Jadi wajar, jika murid-muridnya pun begitu mahir untuk mencontek. Tidak ada niat baik di sini.

Tiga: pagi tadi saya diklakson seorang pengendara motor. Tahu tidak? Suara klaksonnya begitu jahanam. Klakson mobil truk gandengan si BJ and the Bear pun kalah. Kalau ia punya niat baik, buat apa ia menggunakan klakson dengan desibel yang melampaui batas.  Juga, seberapa sering kita mengeluh betapa sulitnya kita saat hendak menyeberang jalan, baik jalan kaki atau dengan kendaraan. Tapi apakah kita dengan mudahnya mengerem kendaraan untuk memberikan kesempatan bagi mereka yang hendak menyeberang? Tidak pernah. Kalau pun ya, pasti jarang.

Empat, lima, … silakan Anda isi.

Jadi, cuma satu alasan mengapa bangsa Indonesia sulit bangkit. Tidak ada niat baik, untuk apapun, bagi siapa pun.

20 responses to “Cuma satu alasan

  1. niat baik yah?… saya rasa, saya masih memilikinya

    note: nice post bro

    Suka

  2. mereka yang merasa dirinya memimpin pada level apapun mempunyai hati dan akal tidak waras.

    Suka

  3. satu niat seragam : buka shaum makan kolak, meski isinys beda-beda.

    Suka

  4. @herry: keren mas. en jangan lupa dibagi-bagikan. 😀
    @saoqi: buka shaum makan kolak, wakakaka… lucu pisan

    Suka

  5. Setujuh! niat baik dan pengertian pada sesama. Berbagi juga penting banget dan itu masih langka… yg banyak berbagi tapi harus keliatan orang lain1.

    Suka

  6. her, maoe lebaran nih. lakoe kajaknja niat baik itoe. eceran joega boleh, sjoekoer-2 ada paketan.

    Suka

  7. Indahnya kalo bangsa ini hanya mempunyai 1 alasan kenapa tidak maju2 (terpuruk)
    ^_^

    Suka

  8. kayaknya orang pada ogah beli koran kalo beritanya ga seru.. ga ada demo-..ga ngbahas koruptor,.. ga ngebahas kebobrokan..berita yang laku di negeri ini berita ang beginian..

    Suka

  9. NIAT BAIK DIMULAI DARI DIRI SENDIRI DULU…
    DARI ANDA DULU YANG BIKIN BLOG..
    KELUARGA ANDA…
    LALU INSYA ALLAH LINGKUNGAN ANDA..
    TETAPLAH BERSABAR & SLALU BERNIAT BAIK…
    okeh…

    Suka

  10. masalahnya jawaban “semua dimulai dari sendiri” udah jadi jawaban jadul uyy….klw smua dimulai dari diri sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas sama aj dengan nol besar bung..coba tengok jepang saat pasca kekalahan di WWII mereka semua berbenah tapi didukung dengan arahan kaisar mereka jadi mereka berkembang dan maju sesuai dengan arahannya
    so klo mw Indonesia berubah, mulailah dari contoh baik pemimpin kita untuk kita tiru dan kita gugu…nah masalahny zaman sekarang msh ada gak pemimpin yg baik di negara ini..???????

    Suka

  11. @wewe: trims. memang sulit untuk tetap bersabar dan selalu berniat baik. 😀

    Suka

  12. Kta lakukan dengan 3 M:
    1. Mulai dari diri sendiri
    2. Mulai dari hal yang kecil
    3. Mulai saat ini juga

    Suka

  13. @pendengar aa gym: iya euy, saya jadi rindu AA Gym. Petuahnya sejuk dan sederhana.

    Suka

  14. Setiap manusia pasti punya niat baik hanya ter
    gantung yang dia pakai lebih banyak yang jahat sepertinyaaaa,,dia (yang merasa aja),,,

    Suka

  15. niat baik sih ada..tapi sayang bangsa ini terjebak pada dikotomi kelompok…gak mau bersatu demi bangsa, tapi rela mati-matian demi kelompoknya. Bangkitlah Indonesiaku!! Harapan Itu Masih Ada

    Suka

  16. pingin komentar tp belum baca, maav

    Suka

  17. Niat baik itu ada, hanya saja niat baik itu sering tersingkir oleh kejamnya realita

    Suka

  18. Niat baik …………………. ?
    Agak susah kayaknya.
    Dari mana alat ukur baik ?

    Suka

  19. Gw sendiri sempat geram mengingat pengalaman yang mirip2 seperti yang loe sebutin. Karena semuanya membentuk diri, keluarga, dan lingkungan. Sebuah bangsa yang tak memiliki makna dan nilai, akibat bagusnya aturan tak diikuti kemauan (budaya) untuk mematuhinya. Gak ada jalan lain, selain mulai dari diri dan keluarga. Gak ada jalan lain, selain menjadi lebih terdidik (termasuk moral). Gak ada jalan lain, selain berpegang teguh untuk kebaikan.

    Suka

Tinggalkan komentar